Menjelang Idul Fitri Harga Emas Naik,Harga Diri Turun - Aceh yang dikenal sebagai bumi Serambi
Mekkah, yang di atasnya ditegakkan negeri syariat, kini patut
dipertanyakan. Pasalnya, kasus-kasus pergaulan bebas, kini marak terjadi
di Aceh. Berbagai kasus dan dampak pergaulan bebas yang kerap terjadi
di kota-kota besar, kini kerap pula terjadi di daerah ini. Terlebih,
pascatsunami 2004, fenomena tersebut semakin mencengangkang. Tak
berlebihan kalau kita umpamakan; Harga emas naik, tapi harga diri
menurun.
Dilaporkan bahwa kasus pergaulan bebas
terparah terjadi di Kota Lhokseumawe, dengan tingkat keterlibatan
pelajar mencapai 70%, menyusul Banda Aceh sebanyak 50% (Serambi,
15/2/2013). Hal ini kemudian dipertegas lagi dengan berita “Seks bebas
serius di Aceh” (Serambi, 4/3/2013). Sungguh, membaca berita ini,
membuat saya sebagai seorang dara Aceh, merasa malu. Dara Aceh seakan
kehilangan jati dirinya. Apakah hanya sebatas rasa cinta, mereka nekat
melakukan perbuatan hina tersebut? Atau ada hal lain yang memaksakan
mereka melakukannya?
Miris memang, melihat kenyataan bahwa
wanita Indonesia sudah banyak yang kehilangan marwahnya. Terlebih dara
Aceh, yang mayoritas membalut kepalanya dengan kerudung ikut terseret
arus seks bebas yang merenggut keperawanannya. Sebenarnya, masalah ini
sudah ada sejak 2009. Bisa dibayangkan, jika di awal Januari sudah
ditemukan 15 kasus, bagaimana dengan kasus lain yang belum ditemukan,
dan bisa dibayangkan akan timbul ratusan kasus lainnya pada akhir
Desember 2013 ini.
- Kebebasan muda-mudi
Kebetulan banyak di antara orang tua saat ini, setelah melepas anaknya
ke Banda Aceh untuk menempuh pendidikan, umumnya strata satu (S1) atau
hanya sekadar mengadu nasib kurang memantau anaknya. Peran orang tua
sangat penting, jika dulu setiap kegiatan kita selalu dipantau oleh
orang tua kita, kini setelah menyandang status sebagai anak kos,
otomatis orang tua tidak mengetahui aktivitas apa yang telah kita
lakukan seharian di luar sana.
Nah, di sinilah timbul masalahnya.
Banyak orang tua yang sedikit mengabaikan buah hatinya. Walhasil, tak
sedikit anak kos yang salah dalam memilah dan memilih pergaulan, bukan
tidak mungkin, status anak kos yang jauh dari orang tua ini akan
melakukan hal-hal yang melampaui batas. Kebebasan yang mereka kantongi,
tak selamanya digunakan untuk hal yang positif.
Ada anak kos yang sering pulang larut
malam, misalnya. Entah apa yang mereka lakukan di luar sana. Bagi anak
kos yang tidak pernah diperhatikan gerak-geriknya oleh si pemilik rumah
kos, maka dampaknya bisa fatal; Mereka pernah nekat membawa masuk teman
lelakinya ke dalam rumah, dan hal yang tidak sepantasnya terjadi pun
malah kejadian. Inilah satu penyebab yang menjadikan semakin maraknya
seks bebas di Seuramo Mekkah nyoe.
Sepertinya Banda Aceh sudah mulai
menjajaki posisi yang sama seperti kota-kota besar lainnya dalam hal
free sex (seks bebas), jika kota-kota besar seperti Jakarta sudah sering
terdengar kabar MBA alias married by accident, maka Banda Aceh pun
seperti tak mau ketinggalan. Dari berbagai kasus yang ada, kasus MBA di
Banda Aceh sudah marak terjadi, di mana sebagian besar pelakunya
melibatkan remaja dan mahasiswa.
Awalnya mereka hanya bermesum ria di
tempat-tempat sepi atau obyek-obyek wisata seperti Uleelheue, yang kini
sudah ditutup saat malam hari menjelang. Di tempat lainnya mereka
berkhalwat ria di rumah masing-masing saat penghuni rumah mulai kosong,
dan ini adalah kenyataan lapangan yang pernah terjadi dan saya
melihatnya sendiri di TKP alias tempat kejadian perkara.
Mengenai perkara ini, timbul pertanyaan
murahan, bagaimanakah nasib si jabang bayi yang lahir dari kasus MBA
ini? Apakah ia layak disebut sebagai anak haram? Sungguh ironis memang,
bayi yang lahir ke bumi tanpa dosa itu disandingkan dengan nama “anak
haram” sebab, masyarakat saat ini sering menyebutnya dengan panggilan
tersebut.
Sebab, faktanya kerap ditemukan, setelah
si wanita melahirkan si jabang bayi, tak segan-segan ia meninggalkan si
jabang bayi ke berbagai tempat, termasuk di pekarangan rumah orang, di
pantai dan tempat-tempat lain, seperti pernah diberitakan oleh berbagai
media. Sadarkah kita perbuatan seks bebas yang umumnya dilakukan oleh
kawula muda ini akan memicu terjadinya penyakit HIV/AIDS?
Terbukti berdasarkan penyampaian
telekonferensi di aula BKKBN penderita HIV/AIDS di Provinsi Aceh pada
Desember 2012 meningkat dibandingkan 2011 yang mencapai 161 kasus. Dalam
kasus penyakit yang belum ditemukan obatnya ini, lagi-lagi Aceh Utara
merupakan daerah tertinggi penderita HIV/AIDS yakni 19 kasus (Waspada,
18/2/2013). Sebagai anggota masyarakat, apakah perkara seperti ini
dianggap sebagai persoalan sepele dan tak lagi tabu? Na’uzubillahi
minzalik.
Walaupun saat ini pemerintah telah
mengerahkan instansi terkait seperti Majelis Permusyawaratan Ulama
(MPU), Majelis Adat Aceh (MAA), Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan (BP3A), Wilayatul Hisbah (WH),
Dinas Syariat Aceh, dan tentu saja pihak kepolisian, Namun, saat ini
seperti yang kita ketahui sering beroperasi dengan menggelar razia
adalah WH.
Aceh yang mayoritas penganutnya beragama
islam, mengerahkan WH demi meminimalisir terjadinya kasus khalwat dan
mesum dalam ruang lingkup masyarakat. Banyak dari masyarakat Aceh yang
menyetujui adanya WH, namun WH saat ini lagee deuh buleun, hanya
terlihat sesekali saja, dan WH hanya memberikan ceramah singkat “jangan
berdua-duaan di tempat yang sepi” bagi pelaku, jika kasusnya parah maka
akan diberikan surat peringatan.
Jika saja WH lebih tegas, seperti
mengecek tempat-tempat tersembunyi yang jelas-jelas sudah diketahui
bahwa tempat tersebut merupakan ladangnya khalwat, maka sedikit demi
sedikit kasus mesum ini akan semakin berkurang di Banda Aceh. Dengan
begitu, kita tidak akan malu dengan sebutan Serambi Mekkah yang kini
telah melekat kuat.
- Jaga kehormatanmu
Akhir-akhir ini, melihat kenyataan sebagian dara Aceh lagee bungong han
mubee le. Apakah pantas bidadari terindah yang akan menjadi pendamping
hidup kita, diberikan mahar yang tinggi, sedang ia ternyata sudah tak
perawan lagi. Entah apa yang ada di pikiran mereka, ketika akan
melakukan perbuatan hina itu. Ketika hawa nafsu setan telah
menggebu-gebu, maka ancaman siksa neraka yang pedih pun diabaikan demi
terlampiasnya nafsu birahi. Dimanakah letak keimanan seseorang saat
nafsu bejat menghampiri? Homhai.
Sebagai dara Aceh yang terkenal selalu
menjaga marwahnya, jangan mau kehormatanmu direnggut begitu saja, oleh
kekasihmu yang belum halal lahir batin. Sebenarnya untuk memberantas
masalah ini mudah, hanya mengandalkan kesadaran masing-masing. Jika saja
kawula muda mengerti dan menjaga batas-batas yang telah diketahui,
insya Allah Aceh terbebas dari seks bebas.
Mendatagi balai pengajian juga menjadi
alternatif, sebab iman seseorang tidak dapat diukur kadarnya, sehingga
perlu diasupi ilmu Tauhid agar menjadi lebih terarah lagi hidupnya.
Andai kita menyadari seutuhnya, jika keperawanan telah hilang, maka
tidak ada lagi yang menjadi kebanggaan. Mari mulai sekarang kita
berbenah diri, agar tidak menjadi pribadi yang merugi!
Jika kita telah memiliki pasangan yang
belum sah secara agama, maka janganlah mengorbankan semua apa yang kita
miliki.Sebab,seperti diungkapkan Ibnu al-Qayyim, “cinta sejati adalah
cinta yang tidak sampai membuat agama, kehormatan, dan harga diri
seseorang merusak hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sang
kekasih karena perbuatan haram.” Karena itu, wahai kaumku, wahai semua
remaja dan masyarakat Aceh; Harga emas boleh naik, tapi harga diri
jangan sampai turun!
Share
& Comment
Tweet